30 August 2012

Jokowi dan Paradigma Baru dalam Politik

5 komentar
Siapa yang tak kenal sosok berperawakan kurus tinggi ini. Walikota Solo, Ir. H. Joko Widodo atau yang sering disebut Jokowi, saat ini sedang naik daun.Namanya mulai menasional sejak mengenalkan mobil buatan anak-anak SMK sebagai mobil nasional, Esemka. Selanjutnya namanya semakin dikenal saat dicalonkan PDIP dan Gerindra sebagai calon Gubernur DKI, berpasangan dengan Basuki TP.
Jokowi mendapat suara terbesar dalam Pilkada DKI putaran pertama. Namun, karena perolehan suaranya baru mencapai 42,6 % yang artinya tidak mencapai 50%+1, maka perlu dilaksanakan pemilukada putaran kedua.
Dalam pencalonan Jokowi-Ahok dalam Pilkada DKI ini, salah satu hal yang menarik untuk kita simak adalah baju Kotak-Kotak-nya. Jokowi menggunakan baju kotak-kotak sebagai simbol dukungan untuknya. Namun, berbeda dengan model-model kampanye yang biasanya membagikan kaos sebagai uniform untuk pendukung, Jokowi malah menjual baju ikon dirinya kepada pendukungnya. Wah, kalau yang ini, naluri bisnisnya yang jalan, kali!
Dalam berkampanye, Jokowi bukannya mengeluarkan dana untuk memberi atribut pada pendukungnya, malah mendapatkan keuntungan dari penjualan baju kotak-kotaknya. Untuk mencukupi kebutuhan baju kotak-kotak ini, Jokowi sudah memproduksi 90.000 potong baju dengan menggandeng UKM di Jakarta dan Soloraya sejak bulan April 2012. Baju-baju tersebut dijual dengan harga Rp100.000,00 per potong. Keuntungan penjualan baju tersebut digunakan untuk biaya kampanye. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Menyeragami pendukung, menciptakan lapangan kerja, sekaligus mendapat keuntungan. Mantab!
Pertanyaannya, lakukah baju tersebut? Sungguh aneh fenomena ini. Meski tidak ada pembagian gratis, kini telah marak di Jakarta, bahkan di kota-kota lain orang-orang yang menggunakan baju ini. Contoh terkini, ribuan orang yang hadir di acara Halal Bihalal Jokowi-Ahok Sabtu 25 Agustus 2012 di Kantor Sekretariat Jakarta Baru, Menteng, menggunakan baju kotak-kotak. 
Gatra.com pada 27 Agustus 2012 melaporkan penjualan baju kotak-kotak yang menjadi ciri khas pasangan calon Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mencapai 3.150 baju per hari, di 63 outlet.
Cara Jokowi menguniformkan pendukungnya ini merupakan paradigma baru dalam perpolitikan di Indonesia. Warga DKI, selamat memilih! 
Lanjutkan Membaca →
05 August 2012

Bathara Kresna, Railbus Pertama di Indonesia

3 komentar

Kondisi saat ini, banyak masyarakat yang cenderung menggunakan kendaraan pribadi untuk melakukan aktivitas rutin tiap harinya. Hal ini dikarenakan kurangnya angkutan umum memenuhi harapan masyarakat, yaitu angkutan umum yang cepat, aman, dan nyaman.
Kebutuhan masyarakat akan adanya angkutan massal yang cepat, aman, dan nyaman ini mendorong PT KAI untuk membuat angkutan alternative yang menghubungkan Wonogiri-Solo. Selama ini, penumpang kereta Wonogiri-Jakarta naik kereta feeder dulu dari Wonogiri ke Solo, baru dilanjutkan dengan kereta api  Solo Jakarta. Namun kereta api feeder Solo-Wonogiri yang berlokomotif kecil ini hanya menarik dua gerbong. Bukan karena sepi penumpang, kereta api yang selalu penuh sesak ini melewati jalur rel yang kecil sehingga tidak memungkinkan kereta berlokomotif besar lewat. Karena penumpang yang selalu penuh itu, PT. KAI kemudian mengkaji untuk menambah armada kereta api di jalur Solo-Wonogiri ini.
Gayung pun bersambut ketika walikota Solo, Jokowi, bertekad membenahi sistem transportasi di Kota Solo. Sebagai seorang pengusaha, Jokowi tahu benar pentingnya transportasi dalam usaha memperlancar perdagangan di Kota Solo. Jokowi kemudian berdiskusi dengan pakar-pakar transportasi seperti Unika Soegijapranata dan Djoko Setijowarno. Jokowi kemudian “menyulap” jalur lambat di sisi selatan Jalan Slamet Riyadi menjadi jalur khusus untuk pejalan kaki. Trotoar dari Mangkunegaraan sampai Jalan Slamet Riyadi juga diperlebar untuk memberikan fasilitas khusus untuk para pejalan kaki. Pengoperasian bus Trans-Batik Solo telah menciptakan ikon moda transportasi di Kota Solo.
Setelah itu, Jokowi juga “menyulap” kereta api tua buatan tahun 1896 menjadi kereta api wisata. Kereta tua yang dulunya sering disebut Kereta Klutuk ini sekarang menjadi salah satu ikon wisata Kota Solo. Jokowi menggunakan kembali kereta tua yang sebelumnya ditempatkan di Museum Kereta Api Ambarawa menjadi sebuah kereta api yang sekarang dinamakan kereta api wisata Jaladara.
Selanjutnya, pada februari 2011 diluncurkan Bus Tingkat Wisata “Werkudara”. Bersamaan dengan peluncuran bus tingkat tersebut, diperkenalkan Railbus Bathara Kresna, yang merupakan railbus pertama di Indonesia.
Pada hari Selasa 27 Juli 2011, Railbus Bathara Kresna secara resmi diluncurkan. Peluncuran salah satu moda transportasi kebanggaan Wong Solo tersebut dilakukan Menteri Perhubungan (Menhub) Freddy Numberi, di depan Loji Gandrung disaksikan Walikota Solo Joko Widodo, para pejabat, tamu undangan dan ratusan masyarakat.
Menhub mengatakan, Railbus Batara Kresna adalah kereta api buatan PT INKA Madiun yang pembiayaannya dari APBN senilai Rp 17 miliar. “Ini wujud komitmen pemerintah dalam meningkatkan pelayanan jasa transportasi. Railbus ini juga dapat menjadi icon baru pariwisata di Solo,” kata Menhub.
Menurut Freddy, Batara Kresna adalah tokoh pewayangan yang memiliki jiwa selalu berbuat untuk keadilan dan membahagiakan orang lain. Dengan beroperasinya Batara Kresna, diharapkan bisa memberikan keuntungan kepada masyarakat Solo dan sekitarnya untuk mendapatkan sarana transportasi yang murah, nyaman dan aman. selain itu, dengan beroperasinya moda transportasi tersebut diharapkan juga bisa mendorong perkembangan sektor pariwisata di Kota Solo dan sekitarnya. Disamping itu, satu-satunya rel kereta api di Indonesia  yang masih berfungsi dan bisa berdampingan dengan jalan raya hanya ada di Solo.
Setelah beberapa kali dilakukan uji coba dan sempat berkali-kali tertunda pengoperasiannya, PT Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta segera mengoperasikan Railbus Batara Kresna, mulai Minggu, 5 Agustus 2012, namun  baru memenuhi jurusan Sukoharjo-Yogyakarta, belum sampai Wonogiri.
"Mulai Minggu (5/8), railbus ini akan dijalankan setelah sempat molor dari rencana semula. Dalam sehari, ada dua kali perjalanan," kata Kepala Humas PT Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta Eko Budiyanto di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia, Railbus tersebut akan berhenti di beberapa stasiun yaitu di Sukoharjo, Purwosari dan Yogyakarta. Tarif sekali perjalanan antara Sukoharjo-Yogyakarta adalah Rp20.000 per penumpang.
Jadwal keberangkatan Railbus dari Sukoharjo adalah pukul 07.45 WIB dan direncanakan tiba di Purwosari pada pukul 08.54 WIB dan tiba di Yogyakarta pada pukul 9.58 WIB.
Sedangkan dari Yogyakarta, railbus tersebut akan diberangkatkan pada pukul 14.15 WIB, tiba di Purwosari pada pukul 15.13 WIB dan sampai di Sukoharjo pada pukul 16.30 WIB.
Dalam satu rangkaian Railbus Batara Kresna akan terdiri dari empat gerbong, yang masing-masing memiliki kapasitas 80 penumpang.
"Kapasitas penumpang dalam satu gerbong railbus ini memang lebih sedikit dibanding Prambanan Ekspress yang mampu membawa sebanyak 168 penumpang," katanya.
Railbus Batara Kresna tersebut rencananya akan dijalankan setiap hari untuk melayani rute tersebut, meskipun belum sampai ke Wonogiri seperti yang direncanakan sebelumnya.
Eko mengatakan, seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pengoperasian railbus sudah siap. "Railbus ini adalah salah satu sarana transportasi alternatif untuk warga, diharapkan bisa dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat," katanya.


 (dari berbagai Sumber)
Lanjutkan Membaca →
Photobucket  photo doltinuku.jpg