Kondisi saat ini, banyak
masyarakat yang cenderung menggunakan kendaraan pribadi untuk melakukan
aktivitas rutin tiap harinya. Hal ini dikarenakan kurangnya angkutan umum
memenuhi harapan masyarakat, yaitu angkutan umum yang cepat, aman, dan nyaman.
Kebutuhan
masyarakat akan adanya angkutan massal yang cepat, aman, dan nyaman ini
mendorong PT KAI untuk membuat angkutan alternative yang menghubungkan
Wonogiri-Solo. Selama ini, penumpang kereta Wonogiri-Jakarta naik kereta feeder
dulu dari Wonogiri ke Solo, baru dilanjutkan dengan kereta api Solo Jakarta. Namun kereta api feeder
Solo-Wonogiri yang berlokomotif kecil ini hanya menarik dua gerbong. Bukan
karena sepi penumpang, kereta api yang selalu penuh sesak ini melewati jalur
rel yang kecil sehingga tidak memungkinkan kereta berlokomotif besar lewat.
Karena penumpang yang selalu penuh itu, PT. KAI kemudian mengkaji untuk
menambah armada kereta api di jalur Solo-Wonogiri ini.
Gayung pun
bersambut ketika walikota Solo, Jokowi, bertekad membenahi sistem transportasi
di Kota Solo. Sebagai seorang pengusaha, Jokowi tahu benar pentingnya
transportasi dalam usaha memperlancar perdagangan di Kota Solo. Jokowi kemudian
berdiskusi dengan pakar-pakar transportasi seperti Unika Soegijapranata dan
Djoko Setijowarno. Jokowi kemudian “menyulap” jalur lambat di sisi selatan
Jalan Slamet Riyadi menjadi jalur khusus untuk pejalan kaki. Trotoar dari
Mangkunegaraan sampai Jalan Slamet Riyadi juga diperlebar untuk memberikan fasilitas
khusus untuk para pejalan kaki. Pengoperasian bus Trans-Batik Solo telah
menciptakan ikon moda transportasi di Kota Solo.
Setelah itu,
Jokowi juga “menyulap” kereta api tua buatan tahun 1896 menjadi kereta api
wisata. Kereta tua yang dulunya sering disebut Kereta Klutuk ini sekarang
menjadi salah satu ikon wisata Kota Solo. Jokowi menggunakan kembali kereta tua
yang sebelumnya ditempatkan di Museum Kereta Api Ambarawa menjadi sebuah kereta
api yang sekarang dinamakan kereta api wisata Jaladara.
Selanjutnya,
pada februari 2011 diluncurkan Bus Tingkat Wisata “Werkudara”. Bersamaan dengan
peluncuran bus tingkat tersebut, diperkenalkan Railbus Bathara Kresna, yang
merupakan railbus pertama di Indonesia.
Pada hari
Selasa 27 Juli 2011, Railbus Bathara Kresna secara resmi diluncurkan.
Peluncuran salah satu moda transportasi kebanggaan Wong Solo tersebut
dilakukan Menteri Perhubungan (Menhub) Freddy Numberi, di depan Loji Gandrung
disaksikan Walikota Solo Joko Widodo, para pejabat, tamu undangan dan ratusan
masyarakat.
Menhub
mengatakan, Railbus Batara
Kresna adalah kereta api buatan PT INKA Madiun yang pembiayaannya dari APBN
senilai Rp 17 miliar. “Ini wujud komitmen pemerintah dalam meningkatkan
pelayanan jasa transportasi. Railbus ini
juga dapat menjadi icon
baru pariwisata di Solo,” kata Menhub.
Menurut
Freddy, Batara Kresna adalah tokoh pewayangan yang memiliki jiwa selalu berbuat
untuk keadilan dan membahagiakan orang lain. Dengan beroperasinya Batara
Kresna, diharapkan bisa memberikan keuntungan kepada masyarakat Solo dan
sekitarnya untuk mendapatkan sarana transportasi yang murah, nyaman dan aman.
selain itu, dengan beroperasinya moda transportasi tersebut diharapkan juga
bisa mendorong perkembangan sektor pariwisata di Kota Solo dan sekitarnya.
Disamping itu, satu-satunya rel kereta api di Indonesia yang masih
berfungsi dan bisa berdampingan dengan jalan raya hanya ada di Solo.
Setelah
beberapa kali dilakukan uji coba dan sempat berkali-kali tertunda
pengoperasiannya, PT Kereta Api Daerah Operasi VI
Yogyakarta segera mengoperasikan Railbus Batara Kresna, mulai Minggu, 5 Agustus
2012, namun baru memenuhi jurusan
Sukoharjo-Yogyakarta, belum sampai Wonogiri.
"Mulai
Minggu (5/8), railbus ini akan dijalankan setelah sempat molor dari rencana
semula. Dalam sehari, ada dua kali perjalanan," kata Kepala Humas PT
Kereta Api Daerah Operasi VI Yogyakarta Eko Budiyanto di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut
dia, Railbus tersebut akan berhenti di beberapa stasiun yaitu di Sukoharjo,
Purwosari dan Yogyakarta. Tarif sekali perjalanan antara Sukoharjo-Yogyakarta
adalah Rp20.000 per penumpang.
Jadwal
keberangkatan Railbus dari Sukoharjo adalah pukul 07.45 WIB dan direncanakan
tiba di Purwosari pada pukul 08.54 WIB dan tiba di Yogyakarta pada pukul 9.58
WIB.
Sedangkan
dari Yogyakarta, railbus tersebut akan diberangkatkan pada pukul 14.15 WIB,
tiba di Purwosari pada pukul 15.13 WIB dan sampai di Sukoharjo pada pukul 16.30
WIB.
Dalam
satu rangkaian Railbus Batara Kresna akan terdiri dari empat gerbong, yang
masing-masing memiliki kapasitas 80 penumpang.
"Kapasitas
penumpang dalam satu gerbong railbus ini memang lebih sedikit dibanding
Prambanan Ekspress yang mampu membawa sebanyak 168 penumpang," katanya.
Railbus
Batara Kresna tersebut rencananya akan dijalankan setiap hari untuk melayani
rute tersebut, meskipun belum sampai ke Wonogiri seperti yang direncanakan
sebelumnya.
Eko
mengatakan, seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pengoperasian
railbus sudah siap. "Railbus ini adalah salah satu sarana transportasi
alternatif untuk warga, diharapkan bisa dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat," katanya.
(dari berbagai
Sumber)
Hebat, saya ikut senang dengarnya, pertama di Indonesia. :)
"Jokowi kemudian berdiskusi dengan pakar-pakar transportasi seperti Unika Soegijapranata dan Djoko Setijowarno."
Setahu saya, Unika Soegijapranata itu nama universitas, bukan nama orang...
sayangnya, sekarang railbus ini masih tertunda pengoperasiannya karena jadwal yg sama dengan kereta wisata jaladara dan menggunakan rel yg sama pula. Padahal railbus ini sangat penting buat masyarakat