20 April 2011

Kartini

4 komentar
Tanggal 21 April, yang merupakan hari kelahiran R.A. Kartini, tiap tahun diperingati sebagai Hari Kartini. Di sekolah-sekolah, di kantor-kantor, bahkan di tingkat RT, sering diadakan peringatan Hari Kartini. Peringatan-peringatan tersebut biasanya berupa lomba-lomba, misalnya lomba memasak, lomba merangkai bunga, lomba merias, dan sebagainya. Inikah yang dicita-citakan Kartini?
Meski kita hafal di luar kepala bahwa tanggal 21 April adalah hari Kartini, namun tidak banyak yang tahu siapa dan bagaimana pemikiran Kartini. Yang banyak diketahui adalah bahwa R.A. Kartini merupakan pejuang emansipasi wanita. Bagaimana pemikiran-pemikirannya tentang kesetaraan gender? Apa isi surat-surat Kartini kepada sahabat-sahabatnya yang dibukukan dalam Habis Gelap Terbitlah Terang? Tidak banyak yang tahu.
Tulisan ini diharapkan dapat sedikit mengenalkan sosok Kartini dan pemikiran-pemikiran beliau.
Kartini telah banyak membawa perubahan bagi kemajuan pendidikan kaum wanita di Indonesia. Kartini mengajarkan bahwa seorang wanita harus mempunyai pemikiran jauh ke depan.  Kalau dulu beliau dapat memiliki sahabat pena dari berbagai kalangan yang menambah ilmu dan wawasannya, tentulah sekarang dengan kemajuan yang ada, haruskah disia-siakan?
Dalam kumpulan suratnya : "Door Duisternis Tot Licht", yang terlanjur diartikan sebagai "Habis Gelap Terbitlah Terang" tetapi menurut  Prof. Haryati Soebadio (cucu tiri Ibu Kartini) – mengartikan kalimat "Door Duisternis Tot Licht" sebagai "Dari Gelap Menuju Cahaya", tersirat siapa Kartini sebenarnya.
Menurut Kartini, setiap manusia sederajat dan mereka berhak untuk mendapat perlakuan sama. Kartini paham benar bahwa saat itu, terutama di Jawa, keningratan sesorang diukur dengan darah. Semakin biru darah seseorang maka akan semakin ningrat kedudukannya.
Seperti  dituliskannya kepada sahabat penanya:
Sesungguhnya adat sopan-santun kami orang Jawa amatlah rumit. Adikku harus merangkak bila hendak lalu di hadapanku. Kalau adikku duduk di kursi, saat aku lalu, haruslah segera ia turun duduk di tanah, dengan menundukkan kepala, sampai aku tidak kelihatan lagi. Adik-adikku tidak boleh berkamu dan berengkau kepadaku. Mereka hanya boleh menegur aku dalam bahasa kromo inggil (bahasa Jawa tingkat tinggi). Tiap kalimat yang diucapkan haruslah diakhiri dengan sembah.  Berdiri bulu kuduk bila kita berada dalam lingkungan keluarga bumiputera yang ningrat. Bercakap-cakap dengan orang yang lebih tinggi derajatnya, harus perlahan-lahan, sehingga orang yang di dekatnya sajalah yang dapat mendengar.
Seorang gadis harus perlahan-lahan jalannya, langkahnya pendek- pendek, gerakannya lambat seperti siput, bila berjalan agak cepat, dicaci orang, disebut "kuda liar". [Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899]
Sekarang ini kenigratan itu masih berlaku, bahkan ada keningratan yang lain,  yaitu ekonomi. Perekonomian membuat jurang pemisah di antara manusia.
Peduli apa aku dengan segala tata cara itu ... Segala peraturan, semua itu bikinan manusia, dan menyiksa diriku saja. Kau tidak dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket di dunia keningratan Jawa itu ... Tapi sekarang mulai dengan aku, antara kami (Kartini, Roekmini, dan Kardinah) tidak ada tata cara lagi. Perasaan kami sendiri yang akan menentukan sampai batas- batas mana cara liberal itu boleh dijalankan. [Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899]
Kartini juga mengajarkan untuk mencintai buku
Bolehlah, negeri Belanda merasa berbahagia, memiliki tenaga- tenaga ahli, yang amat bersungguh mencurahkan seluruh akal dan pikiran dalam bidang pendidikan dan pengajaran remaja-remaja Belanda. Dalam hal ini anak-anak Belanda lebih beruntung dari pada anak-anak Jawa, yang telah memilki buku selain buku pelajaran sekolah. [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 20 Agustus 1902]
Kartini mengajarkan untuk menuntut ilmu tetapi jangan lupa mengamalkan ilmu tersebut.
Pergilah. Laksanakan  cita-citamu. Kerjalah  untuk hari depan. Kerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas di bawah hukum yang tidak adil dan paham-paham yang  palsu tentang  mana yang baik dan mana yang buruk. Pergi. Pergilah. Berjuanglah dan menderitalah, tetapi bekerjalah untuk kepentingan yang abadi [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]
Kartini menginginkan pendidikan untuk perempuan bukanlah untuk menyaingi laki-laki ataupun menyalahi kodratnya. Namun, perempuan sebagai calon ibu harus berpendidikan agar kelak dapat mendidik anak-anaknya. Di tangan ibulah anak-anak memperoleh pendidikan kali pertama.
Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan  itu  menjadi  saingan  laki-laki  dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami  yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum  wanita,  agar  wanita  lebih  cakap melakukan kewajibannya, kewajiban  yang diserahkan  alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902]
Mudah-mudahan, peringatan  Kartini  tidaklah sebatas mengenang lahirnya seorang perempuan bernama Kartini, namun dapat memberikan pemahaman yang utuh terhadap pemikiran-pemikiran sosok Kartini sehingga cita-citanya dapat benar-benar terwujud.

sumber: WRM Indonesia
Tulisan ini juga ditayangkan di radiogglink.com

4 Responses so far

  1. Sukadi says:

    Semoga muncul Kartini-kartini yang lain, bukan hanya yang berjenis kelamin perempuan, tapi mereka yang benar-benar memahami dan menjiwai sebagai seorang kartini.

    Nuwun

  2. Mas perlu di bahas juga mungkin sisi spiritual dari Kartini, banyak yang mendistorsi surat-surat Kartini sekaligus membelokkan arah perjuangan yang ingin dicapai oleh Kartini... .Termasuk bagaimana Kartini kemudian menolak dan ditolak beasiswa ke negeri Belanda dikarenakan kecenderungannya atas religiusitasnya... .banyak yang belum membahasnya mas, kalau Ane, menunggu sajalah ya, Ane belum bisa meluangkan waktu... .

  3. selamat hari kartini.. :)

  4. Kartini Pahlawan yang luar biasa jasanya, semoga semangatnya akan terus menjiwai putri-putri kita, maaf mas eko sibukk menghadapi UAN jadi baru bisa berkunjung

Leave a Reply

Terima kasih Anda telah membaca tulisan ini. Silakan memberikan komentar sebagai bentuk apresiasi Anda!

Photobucket  photo doltinuku.jpg