13 January 2011

Aruh-Aruh

12 komentar

Aruh-aruh adalah kata dalam bahasa jawa. Kata aruh-aruh berarti ‘menyapa’ atau memberi sapaan. Ada pula yang menyebutnya ngeruhi ataupun luruh-luruh.
Dalam budaya kita ada kebiasaan aruh-aruh, yang mana setiap kita berjalan dan melewati orang lain, kita menyapanya, misalnya dengan kata ndherek langkung, nuwun sewu, mangga, permisi, atau dengan sapaan yang lebih akrab: halo, hai, dan sebagainya.
Sayang sekali, kebiasaan tersebut saat ini sudah banyak ditinggalkan, terutama di wilayah perkotaan.
Saat saya tinggal di rumah mertua yang notabene di tengah kota, kebiasaan aruh-aruh ini jarang saya temukan. Saat ada yang duduk-duduk di depan rumah atau di pinggir jalan, orang-orang yang lewat (baik sudah kenal maupun belum) jarang sekali yang menyapa.
Hampir saja kebiasaan aruh-aruh saya hilang dilindas individualisme perkotaan. Hal itu dikarenakan orang yang saya sapa terkadang juga kurang memberi tanggapan yang menyenangkan. Saya jadi malas menyapa!
Setelah saya pindah ke lingkungan baru, di sebuah perumahan yang baru, keadaan agak berbeda. Saat saya menempati rumah baru saya, penghuni lokasi perumahan tersebut baru ada sekitar lima keluarga. Karena sama-sama orang baru, gampang saja membuat aruh-aruh ini sebagai tradisi. Tak ada gengsi-gengsian untuk mulai menyapa. Saling bertegur sapa menjadi bagian dalam kehidupan di perumahan saya.
Namun sayangnya, entah karena merasa malu, gengsi, biasa hidup di perkotaan, atau hal lain, belakangan beberapa orang yang baru pindah tidak memiliki budaya aruh-aruh. Saat lewat, jalan terus tanpa sapaan atau senyuman. Hmmm.... Semoga ini bisa diperbaiki!  
Sumber Gbr : menyapa.ning.com/
new-media.kompasiana.com

12 Responses so far

  1. Aku aruh2 ning kotak komentar wae...
    Mertua saya juga hobby aruh2.
    Sak kliwernya orang lewat di aruh2i...
    Malah kadang disuruh mampir.

    "Ning ngendi Lik..."
    "Ra mampir Di..."
    "Rene sik, njagong disik..."

    Begitu selalu saya dengar.

  2. choirul says:

    itu kalau di desaku sih masih..

    nah kalau dalam agama Islam sebenarnya kan kita disuruh untuk aruh-aruh, malah tidak sekedar dengan nuwun sewu atau yang lainnya tapi dengan memberikan doa... Assalamu'alaikum....

  3. alhamdulillah, budaya aruh2 ini masih sangat kental di lingkungan saya tinggal, pak. semoga tdk lekas lekang ditelan zaman.

  4. Sukadi says:

    Padahal yen aruh-aruh mboten rugi nopo-nopo nggih Pak? :)
    Semakin lama budaya aruh-aruh akan semakin pudar Pak, kalau di desa mungkin masih terbiasa dengan hal ini, tapi kalau di kota mungkin sudah jarang..

    Nuwun

  5. fizer0 says:

    bener pak, saya juga jadi malas menyapa setelah hidup di jakarta,, semoga tidak terbawa saat balik ke kampung,,

  6. Anonymous says:

    qu termasuk orang yg gak bisa menyapa orang baru, bukan sombong, tpi malu dan takut di cuekin ... ;)

  7. itempoeti says:

    mulakno sak iki aku urip nang ndeso...
    nek ketemu isih podo aruh-aruh...

    masiyo mung kenal-kenal asu... he5...

  8. mancai says:

    aku jowo jugak tapi orak pernah kerungu pun karo aruh2, baru sak iki aku ngerti... terimo kasih seng akeh2..

  9. Dwi says:

    kalau didesa budaya aruh-aruh ini masih kental Pak, kalau ga mau aruh-aruh berarti sombong... :D

  10. Anonymous says:

    ukaraning jawi, kangge nyelok nyelok...
    utawi ukoro kang dipun gunak aken kangge yen ketemu tiang..
    hehe..

  11. Anonymous says:

    budaya aruh-aruh dewasa ini memang hampir menghilang.
    mari kita lihat adakah kesamaan antara aruh-aruh dan open.
    sebab terkadang aruh-aruh membuat risih bagi yang diaruh-aruh.
    satu contoh jika aruh-aruhnya "badhe tindah pundi pak/mas?"
    kita menjadi tidak nyaman untuk menjawab, padahal (misal) kita hendak pergi ke rumah tetangga untuk meminta bantuan uang (utang).
    aruh-aruh yang seperti ini seseorang akan mencemooh dengan kalimat "open men ta?"

  12. ekoph says:

    Terima kasih... Tapi kok anonimnya dua ya??? mbok tampakkan dirimu, biar kita bisa saling sapa jika ketemu!

Leave a Reply

Terima kasih Anda telah membaca tulisan ini. Silakan memberikan komentar sebagai bentuk apresiasi Anda!

Photobucket  photo doltinuku.jpg