23 December 2010

Cerita Ganong: Metta Budaya, Kenalkan Budaya Sendiri Sedari Dini

21 komentar
Pembaca yang budiman, sebelumnya, sebagai pemilik blog ini saya menyampaikan maaf sebesar-besarnya atas kelakuan Ganong. Ternyata dia tidak menepati janjinya. Janjinya, dia mau bercerita tentang perjalanannya secara langsung, tetapi setelah perkenalan kemarin, dia merasa tidak pede untuk bercerita langsung, minder katanya. Ya sudahlah... akhirnya saya putuskan agar dia bercerita saja dan saya yang menuliskan kepada Anda. (intinya: sudut pandangnya pakai orang ketiga... hehehe...)
Berikut cerita perjalanan Ganong.
Sabtu sore, 18 Desember 2010, Ganong berjalan-jalan sore di citywalk Jln. Slamet Riyadi Solo. Sore yang mendung membuat acara jalan-jalan Ganong lebih santai. Sampai di depan kompleks Taman Sriwedari, Ganong melihat ada keramaian di Joglo Mandala Wisata Sriwedari. Ratusan anak, ibu, dan bapak ada di sana.
Karena penasaran, Ganong masuk ke Joglo lewat pintu kecil di gerbang Sriwedari. Ini karena pintu gerbang utama ditutup. Sampai di dalam areal joglo, di panggung terlihat tulisan "Apresiasi Seni Sanggar Seni Metta Budaya Surakarta". Acara apa ini?
Ganong lalu menemui salah satu panitia. Ia bertemu dengan Joko Sudiono, yang belakangan Ganong tahu bahwa ia adalah ketua Sanggar Seni Metta Budaya.
"Ini acara apa, Pak?' tanya Ganong.
"Apresiasi Seni ini adalah ajang apresiasi seni siswa Sanggar Metta Budaya dan membentuk mental anak untuk tampil di depan umum. Acara ini adalah acara rutin empat bulanan. Setelah siswa belajar satu judul tari, tari tersebut dipentaskan di sini. Intinya, pentas ini adalah pentas kenaikan tingkat untuk para siswa. Acara ini akan berlangsung dua hari, yaitu hari ini dan besok," ujar Joko.
"Berarti ini dinilai?"
"Iya, Mas. Untuk penilaian, kami mendatangkan tiga penilai, yaitu dari SMK Negeri 8, Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo."
Ganong jadi semakin penasaran dengan Sanggar Seni ini. Melalui perbincangannya yang agak kacau, karena sang narasumber harus mengatur acara, Ganong jadi sedikit tahu tentang sanggar ini.
Sanggar Tari Metta Budaya didirikan oleh sekelompok lulusan STSI Surakarta pada tahun 1989. Semula bertempat di Prangwedanan Mangkunegaran dan sekarang di Joglo Sriwedari Surakarta. Siswa yang berlatih di sanggar ini saat ini sebanyak 250 siswa. Ada yang masih playgroup, TK, hingga SLTA. 
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan sanggar ini antara lain:
  1. Latihan Rutin, dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Joglo Sriwedari dan di TK Mojosongo. Di Joglo Sriwedari, latihan rutin dilaksanakan seminggu tiga kali, yaitu hari Selasa, Rabu, dan Jumat.
  2. Pementasan. Pementasan yang dilakukan antara lain pentas rutin kenaikan tingkat (seperti yang Ganong saksikan ini), pentas ulang tahun, dan pentas-pentas untuk memenuhi undangan pihak lain.
Selain diajari tari-tarian, siswa juga diajak bermain "Dolanan Anak" untuk pelestarian dolanan Jawa yang sudah jarang dimainkan anak-anak. Seperti yang telah ditampilkan dalam pentas Ulang tahun Sanggar Seni Metta Budaya yang ke-21 diadakan di Taman Balekambang Surakarta tanggal 26 September 2010.

Komentar Ganong setelah sedikit tahu tentang Metta Budaya: "Wah, hebat sanggar ini. Mampu berbuat untuk pelestarian budaya. Mulai dari dini sudah diajarkan budaya sendiri, semoga budaya kita tetap lestari."
Lalu apa komentar saya setelah mendengar cerita ganong itu?
"Walah, Nong...Nong. Kayak gitu kok diceritakan pada saya. Wong saya pas hari itu juga ada di sana. Yang pentas Tari Merak itu kan salah satunya anakku," kata saya.
"O...jadi malu aku. Kok kita gak ketemu ya?" ujar Ganong.

21 Responses so far

  1. Wah, jadi pengin jalan2 ke Solo lagi...
    Dulu,
    Tiap dua minggu sekali saya pasi ke Solo nengok anak.
    Tapi karena sudah pindah, jadinya nggak pernah ke Solo lagi...

  2. wah, baru tahu kalau di solo ada Sanggar Metta Budaya, apk eko. salut dengan penggagasnya. semoga sanggar ini bisa menjadi media seni yang tepat utk mengakrabkan anak2 akan nilai kearifan budaya jawa. salam budaya!

  3. choirul says:

    saya salut sekali dengan orang-orang yang masih melestarikan budaya jawa yang salah satunya adalah dolanan itu.

    yang saya permasalahkan adalah bagaimana pelestarian itu tidak hanya di sanggar-sanggar saja, ada baiknya pemilik sanggar seakali-kali workshop atau apa mengajak masyarakat umum untuk ikut andil. masalahnya banyak anak-anak jawa yang sudah tidak tahu dolanan itu

  4. sayang oh sayang Sriwedari sebagai salah satu ruang publik di Kota Solo sekarang ditembok tinggi dan diberi pagar rapat..... Semoga tidak hilang ruang publik yang satu ini ditelan Investor.....

  5. pakeko says:

    Pak mars: Kalo ke solo, silakan mampir.
    Pak Sawali: Semoga demikian!
    Mas khoiirul: Setidaknya siswa2 sanggar mengajak teman2nya di rumah untuk dolanan.

  6. itempoeti says:

    yo mestine ra ketemu...
    hla wong ganong bingung nggoleki anake...
    hihihihihi...

  7. Sukadi says:

    Semoga budaya ini masih terus lestari, dengan semakin sedikitnya orang yang peduli untuk nguri-uri kabudayan, keberadaan sanggar dan kegiatan semacam ini perlu mendapat apresiasi khusus...

  8. Yufi says:

    Didaerah solo, masih banyak ya sanggar tari semacamnya, kalo daerah saya susah nyarinya, atau memang saya yang gak gaul, gak ngerti komunitas seniman... yah semoga aja masih banyak remaja yang masih mau belajar tari...

  9. asop says:

    Solooooo oh Solooo... :(
    Kapan ya bisa ke sana... :(
    Selama ini ke sana cuman lewat aja kalo mudik naek mobil via selatan...

  10. Ooo...gitu. Gmb kabar pak eko di sana, smg msh ttp semangat jg ya :)

  11. meski sama2 ada disana, gag rugi kok ganong cerita. bapak kn jadi tau cerita dari sudut ganongnya..:)

  12. Anonymous says:

    Salut Pak, ternyata bapak juga pelestari budaya, dengan melalui andil anak bapak di sanggar tari ...

    Salam

  13. Anonymous says:

    Saya tahu istilah ganong ya disini, makasih udah mengenalkan budaya Indonesia. Salam kenal

  14. Anonymous says:

    maturnuwun pak Eko...vielen dank..thank9...
    Metta Budaya yang ikut andil dalam membekali fondasi estetika dan rasa pada anak...
    tak terasa sejak 1989 sampai sekarang masih berjalan meski harus berpindah-pindah(maklum tempat latihan menumpang-semoga sriwedari tidak tergusur,terkait sengketa Taman Sriwedari).
    Kalau Sriwedari tergusur, entah kemana kami harus berpindah(kayak FOOD GAHTHERING).Pengalaman pindah dari tempat awal di Prangwedanan Mangkunegaran (karena masalah interen di Mangkunegaran,kami yang hanya menumpang kegiatan harus pindah),Gedung perburuhan jadi tempat latihan selanjutnya.Beberapa tahun di gedung perburuhan,namun saat gedung di"renovasi" kamipun harus pinbdah tempatlagi,nDalem Gajahan jadi tempat transit sesaat ,kemudian pindah lagi ke Sriwedari sampai sekarang.Semoga Sriwedari tak tergusur....
    Terimakasih pariwisata Solo yang memberi kemudahan dalam aktifitas kami.
    Terimakasih Pemkot Surakarta yg pernah memberi bantuan (sekali-selama ini) .
    MOhon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan kami....

  15. Anonymous says:

    terimakasih,maaf komentar tadi panjang banget
    jaya_kelana@yahoo.com

  16. Unknown says:

    salam persahabatn
    berkunjung mo baca-baca artikelnya
    terima kasih

  17. mursid says:

    wiii..blognya baguuuus...
    aku suka nih tampilannya..

  18. Pakeko says:

    Sodara2, komentar yang anonim di atas adalah salah satu pengajar di Metta Budaya. Terima kasih telah menambah info.
    Tukangcolong: hihihi
    Pak BamHar: Terima kasih
    Kampung perawan: Salam
    Imtikham: Terima kasih
    Mursid: wah... mas designer ni lho... jadi malu aku...

  19. azaxs says:

    saya sering jalan2 dengan ganong pak..
    artikel menarik... mari jaga budaya sendiri! :)

  20. Anonymous says:

    arikel yang sangat menarik dan bermanfaat sekali

Leave a Reply

Terima kasih Anda telah membaca tulisan ini. Silakan memberikan komentar sebagai bentuk apresiasi Anda!

Photobucket  photo doltinuku.jpg